KUBURAYA-RADAR-Bukan menjadi rahasia lagi bagi kita, bahwa sistem pendidikan kita memang lagi melangkah menuju ke jurang kehacuran. Tentu saja kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus selamatkan pendidikan kita. Karena bagaimanapun lembaga ini sangatlah dibutuhkan, khususnya bagi anak-anak kita yang masih dalam usia belajar. Namun demikian, sering kali kita menjadi kesal manakala untuk mendapatkan tempat belajar di sekolah harus melalui proses yang dibuat-buat oleh sistem penerimaan murid baru. Alhasil wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan hanyalah menjadi sebuah slogan saja. Karena untuk anak bisa bersekolah, orang tua masih harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Meski hanya untuk sekolah dasar sekalipun. “Memang benar uang sekolah di SD sekarang tidak lagi bayar, tapi ada iuran komite dan sebagainya, alhasil ya bayar juga sekolahnya, hanya ganti nama”. Demikian dikatakan bu Ratih (bukan nama sebenarnya. Red) tentang biaya sekolah yang harus dikeluarkan untuk kedua anaknya yang bersekolah di SDN 08, kecataman Sungai Raya, kabupaten Kuburaya.
Masih menurut Ratih, dirinya sampai saat ini masih tidak mengerti, uang iuran seragam sekolah dan seragam olahraga untuk dua orang anaknya yang bersekolah di SDN 08, sebesar dua ratus ribu. Karena menurut dia, dua orang anaknya telah membayar iuran untuk pembelian pakaian seragam sekolah dan pakaian olahraga. Tapi sudah setahun, bahkan kedua anaknya sudah naik kelas, pakaian olahraganya masih belum juga diberikan.
“Kan aneh, masa pesan baju olahraga sampai setahun belum juga selesai?” keluah Ratih lagi.Ketika masalah ini dikonfirmasikan kepada kepala SDN 08 kecamatan Sungaraya, kabupaten Kuburaya, Katut Syahdaruddin, dirinya mengakui tetang cerita ibu Ratih. Menurut Katut, uang iuran tersebut dipakai untuk membayar honor panitia penerimaan siswa baru tahun 2007 lalu. Hal ini dilakukan karena pihaknya berharap uang untuk panitia penerimaan siswa baru akan didapat dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Sayangnya, tambah Katut, sampai sekarang dana BOS masih juga belum turun. Sementara uang iuran seragam sudah terlanjut digunakan untuk membayar honor panitia penerimaan siswa baru.
“Tapi dalam minggu ini akan segera kami bagikan pakaian seragam olahraga tersebut. Kami sudah berupaya untuk menggantinya. Dan kami sangat terbuka. Saya tidak mengambil keputusan ini sendiri.Namun bersamadengan dewan guru yang lain.” Jelas Katut.
Lebih jauh dikatakan Katut, bahwa untuk kelengkapan belajar di sekolahnya, pihaknya selalu membicarakan dengan komite sekolah. Ketika disinggung mengenai iuran dua ratus ribu untuk pembelian computer, Katur menjelaskan, bahwa langkah itu diambil dengan persetujuan komite. Namun demikian dirinya juga memberikan dispensasi bagi siswa yang tidak mampu.
“Tentunya dilengkapi dengan surat dari RT setempat yang menyatakan siswa tersebut memang tidak mampu. Jadi iuran dua ratus ribu itu bukan harga mati. Bisa dibicarakan lebih lanjut. Kalau tidak mampu pihak sekolah akan mensubsidi” Jelas Katut sambil tersenyum.
“Jadi kalau ada orang tua siswa yang anaknya bersekolah disini lebih dari satu anak, pastilah kami akan memberikan subsidi.” Jelas Katut lebih jauh.
Untuk pengadaan computer, jelas Katut, kepala sekolah yang sederhana dan murah senyum ini, pihaknya bekerjasama dengan PT. Global untuk pengadaan sarana ini. “Proses masih berjalan, yang pasti kami tidak akan memberatkan siswa. Kami akan selalu koperatif dengan orang tua siswa. Kami sadar, semua serba bayar, semua serba mahal, kalau masih harus diberikan beban lagi untuk anaknya yang sekolah ya kasihan orang tuanya. Namun demikian sekolah ini juga perlu maju, perlu biaya untuk operationalnya. BOS belum turun juga. Yach kita harus sama-sama mengerti tapi tidak saling memberatkan” Jelas Katur ramah. Saat masalah ini akan dikonfirmasikan kepada Plt. Kadis Diknas kabupaten Kuburaya Drs. Damhuri, yang bersangkutan sedang tidak di Pontianak, tugas di Jakarta. Salah seorang stafnya yang ditemui tidak berani memberikan komentar.
“Besok saja menunggu Plt. Kadis sekembalinya dari Jakarta” Jelas staf Diknas Kuburaya.(Haz/Prie)