JAKARTA-RADAR-Pasar modal masih menunjukkan ketidakramahan terhadap harga saham-saham berbasis komoditas dan energi seiring melandainya harga minyak mentah dunia. Saham PT Bayan Resources Tbk yang kemarin resmi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terimbas tren negatif tersebut.
Harga saham emiten berkode BYAN itu hingga penutupan perdagangan kemarin, anjlok 6,3 persen dari harga perdana sebesar Rp 5.800 menjadi Rp 5.450 per lembar saham.
Sesaat setelah resmi dicatatkan, saham produsen batu bara terbesar ke-8 di tanah air itu juga langsung anjlok, meski sempat menyentuh level tertinggi di posisi Rp 6.300 per lembar. Pelemahan BYAN di awal perdagangan ini juga dialami indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah 16 poin ke posisi 2.116,9.
Secara umum, kondisi lantai bursa kemarin memang suram. Indeks menyentuh level terendah sepanjang 2008, di posisi 2.057,58, anjlok 76,34 poin 3,58 persen. Selain BYAN, saham-saham berbasis komoditas yang tersuruk, antara lain, PT Indo Tambangraya Megah Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk.
Dirut BEI Erry Firmansyah mengemukakan, saat ini kondisi saham-saham berbasis komoditas dan energi memang sedang memburuk seiring turunnya harga minyak dunia. "Ini tantangan bagi perusahaan-perusahaan di bidang tersebut," kata Erry.
Presiden Direktur Bayan Resources Eddie Chin yakin, dalam jangka panjang prospek bisnis perseroan akan tetap cerah. "Demand coal masih tetap baik. Permintaan dari Tiongkok saya kira masih tinggi, juga untuk proyek-proyek power plant," jelasnya.
Bayan adalah produsen batu bara terbesar kedelapan yang pada 2007 lalu berpendapatan Rp 3,4 triliun. Perseroan melepas 833,3 juta saham atau setara dengan 25 persen saham, di harga Rp 5.800. Target dananya Rp 4,8 triliun.
Perseroan bakal menggunakan dana IPO untuk ekspansi dan modal kerja. Antara lain untuk pengembangan kawasan tambang yang belum dieksplorasi perseroan. Saat ini, Bayan memiliki 8 tambang, di mana lima di antaranya belum digarap. Yaitu, tambang Fajar-Taba-Brian (FTB) dan Teguh-Firman. Sementara tiga lainnya, Gunungbayan, Wahana, dan Perkasa Inakakerta sudah digarap. (eri/fan)