JAKARTA - RADAR - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Stadion Utama Gelora Bung Karno semalam mencanangkan ’’Indonesia Bisa’’. Pencanangan ditandai dengan penyalaan obor oleh dua anak bangsa, Zefrizal Nanda Mardani (juara olimpiade astronomi) dan Laila Mauhibah (juara riset matematika internasional) yang merupakan simbol Indonesia masa depan.
Sebelum Presiden mencanangkan ’’Indonesia Bisa’’, Zefrizal dan Laila didampingi 40 anak Indonesia berprestasi yang merupakan juara olimpiade fisika, biologi, matematika, dan catur dunia tingkat internasional. Zefrizal dan Laila kemudian berjalan menaiki anak tangga yang diusung 200 anggota TNI. Setiap tangga yang mereka lalui untuk menuju Presiden, runtuh yang menandakan masa lalu yang akan mereka tinggalkan. Setelah menerima obor keduanya berlari menuju koldron untuk menyalakan obor. Presiden mengajak seluruh rakyat Indonesia menyatukan tekad bersama-sama membangun Indonesia menuju sejahtera di abad 21.
’’Tantangan yang kita hadapi makin berat dan kompleks. Tapi kita percaya dengan ridha Allah subhanahu wata ’ala, dan dengan persatuan, kebersamaan, dan kerja keras kita semua, Indonesia bisa menjadi negara maju dan sejahtera. Oleh karena itu pada hari ini (kemarin-Red) pada saat yang bersejarah ini mari bersama-sama kita gelorakan Indonesia Bisa. ’Indonesia Bisaaa...’,’’ seru Presiden yang disambut gegap gempita lebih dari 100.000 hadirin yang memenuhi stadion megah tersebut. Acara itu juga dimeriahkan oleh 30.000 orang dengan berbagai atraksi.
Agnes Monica
Suasana gegap gempita tersebut dibarengi dengan nyalanya api di koldron dan semburan api di sekeliling lapangan sepakbola tersebut. Acara yang dimulai pukul 19.10 WIB itu diawali dengan ’’Indonesia Raya’’ yang dialunkan oleh Edo Kondologit dan diiringi Aubade Universitas Indonesia yang beranggotakan 5.000 orang. Lalu diikuti atraksi terjun payung dari ketiga angkatan dan Polri serta FASI.
Suasana kolosal pun mulai dengan hentakan musik yang menggelegar mengiringi lagu ’’Bendera’’ (karya Eros ’SO7’ Chandra) yang dibawakan penuh semangat oleh Di3va (Kris Dayanti, Ruth Sahanaya, dan Titi Dj). Suasana bertambah bersemangat saat Agnes Monica menyanyikan ’’Merah Putih’’ (karya almarhum Gombloh). Tarian kolosal pembuka adalah Saman yang dibawakan 600 orang dari Nanggroe Aceh Darussalam dengan koreografer Marzuki.
Acara tari menari dilanjutkan dengan Tari Harmoni Nusantara yang diikuti 5000 penari dengan iringan lagu medley Sigulempong, Lisoi (tapanuli), Tak Tong-Tong (Minang), Jali-jali (Betawi), Manuk Dadali (Sunda), Padang Bulan, Rujag Uleg (Jawa), dan Ler Saeler (Madura). Atraksi ditutup dengan tari dan lagu ’’Yamko Rambe Yamko’’ dari Papua.
Dari tari-menari, hadirin kemudian disuguhkan atraksi beladiri militer dari gabungan TNI AD-TNI AU, serta atraksi kolone senapan dari TNI AL dan atraksi penaggulangan huru-hara oleh Polri. Atraksi dari militer tersebut ditutup dengan marching band Akademi TNI dan Apol. Menjelang pencanangan ’’Indonesia Bisa’’ dilakukan doa bersama anak bangsa yang dibawakan gadis cilik, Karisha Yahya, diiringi lantunan ’’Indonesia Pusaka’’ oleh Edo Kondologit.
Sementara itu, saat memberikan Pidato Kenegaraan Seabad Kebangkitan Nasional, Presiden berpesan kepada seluruh rakyat agar menyiapkan tiga bekal menghadapi tantangan zaman. Pidato SBY itu disiarkan serentak di semua stasiun televisi nasional dan sejumlah radio pukul 17.00 WIB, Selasa (20/5).
SBY menegaskan ada tiga syarat fundamental untuk menghadapi tantangan zaman. Bangsa Indonesia harus menjaga kemandirian, memiliki daya saing tinggi, dan membangun peradaban mulia. (F4,J21,H28,dtc-62)